Friedrich Naumann Foundation - For Freedom Bikin Seminar Perubahan Iklim di Banyuwangi

By SEMANGAT BANYUWANGI - April 28, 2015


Friedrich Naumann Foundation - For Freedom Bikin Seminar Perubahan Iklim di Banyuwangi


BANYUWANGI - Friedrich Naumann Foundation (FNF) Indonesia  atau dikenal dengan Yayasan Friedrich Naumann – untuk kebebasan menggelar seminar perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan di  Banyuwangi, Senin (27/4). Rombongan ini diterima Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Kantor Pemkab  Banyuwangi.

Dijadwalkan menggelar pertemuan selama  4 hari (26 – 29/4) di Hotel Santika Banyuwangi, yayasan ini menggandeng Youth Freedom Network (YFN) bersama para mahasiswa dari berbagai kota seperti Trisakti Jakarta, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), universitas di Situbondo, Probolinggo, Jember, Surabaya, dan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi.
Perwakilan FNF Indonesia, Husni Thamrin yang hadir bersama Perwakilan YFN, Billy Ariez mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk membicarakan kondisi lingkungan di Pulau Jawa serta kegiatan yang telah coba dilakukan oleh masing-masing pihak. Setelah itu mereka akan membangun jaringan untuk menyokong gerakan lingkungan lebih lanjut. “Output kegiatan ini adalah menghasilkan beberapa rekomendasi ke depan dan ada proses berkelanjutan yang bisa dilakukan di daerah masing-masing, “kata Husni.
 Banyuwangi dijadikan sebagai tempat  diselenggarakannya kegiatan ini, ujar Husni,  sebab Banyuwangi dinilai sebagai kabupaten  yang kepala daerahnya  aware terhadap lingkungan. Menurut Husni, sebagai  daerah yang sedang tumbuh, tantangan yang dihadapi Banyuwangi ke depannya sangat besar. Namun, dengan dipimpin oleh bupati yang peduli lingkungan, tugas berat itu sedikit lebih ringan.
 “ Dari berbagai media baik cetak maupun elektronik, kita tahu Bupati Banyuwangi punya komitmen tinggi terhadap lingkungan. Tak hanya sekedar berbicara soal kelestarian lingkungan atau emisi gas buang, tapi  berbagai hal yang ramah lingkungan dikerjakan. Karena itu kami menyelenggarakan Focus Group Discussion disini untuk bersama-sama  mendukung kampanye perubahan iklim,” terang Husni.
Bupati Anas menyambut baik kedatangan rombongan yang sebelumnya juga telah menggelar kegiatan yang sama di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi ini. Saat diminta rombongan untuk menjelaskan apa saja kebijakannya yang terkait lingkungan, dengan gamblang orang nomor satu di Banyuwangi itu menceriterakan berbagai public policy yang dibuatnya.
“Yang saya buat pertama kali  adalah kebijakan tata ruang,” kata bupati sambil mencontohkan, pihaknya telah memoratorium  mall. Ini penting, imbuh bupati, sebab keberadaan  mall membuat pasar tradisional menjadi ‘mati’. Yang artinya mengancam ekonomi kerakyatan.  
Berikutnya, pelarangan adanya baliho melintang. “Anda bisa lihat, tidak ada baliho melintang di Banyuwangi . Karena baliho itu merampas ruang-ruang publik,” tandasnya.
Bupati Anas juga membeberkan berbagai kebijakan lainnya. Diantaranya, tidak boleh ada izin bangunan apabila tidak mundur 10 meter dari badan jalan. Upaya itu dilakukannya agar masih tersisa space untuk pepohonan.
Bagaimana bupati mengubah konsep pendopo agar lebih humble dan menyatu dengan rakyat juga ia ungkapkan. “Pendopo sengaja kami buat tanpa pagar supaya kesannya tak berjarak dengan rakyat,” terang bupati. Demi konsep yang disebutnya humble itu, bupati  merangkul beberapa arsitek terkenal. Berkat tangan dingin sang arsitek, terciptalah bangunan berkonsep green architecture berkesan humble yang bisa dinikmati luas oleh seluruh masyarakat Banyuwangi.
Pariwisata Banyuwangi yang menerapkan konsep ecotourism juga ia ceritakan. “Jika kebanyakan pariwisata di Indonesia menjual pariwisata konsumtif seperti berbagai pusat perbelanjaan dan hiburan, Banyuwangi tidak latah mem-fotocopy daerah lain, tidak latah membangun mall. Tetapi Banyuwangi lebih memilih ecowisata, dimana alam menjadilandscape-nya,”tutur bupati.
Berbagai kebijakan berbau lingkungan yang masuk dalam Banyuwangi Festival 2015, seperti Festival Toilet Bersih dan Festival Kali Bersih tak ketinggalan dijelaskan oleh bupati sebagai upayanya menciptakan budaya bersih di tengah masyarakat.
Dalam acara ini, bupati juga sempat berdialog dengan para peserta. Salah satunya peserta asal Jakarta, Catherine. Chaterine mengatakan, ini pertama kalinya dia mengunjungi Banyuwangi. Ternyata kesan pertama yang ia dapatkan, Banyuwangi menarik untuk di-explore. Catherine yang merupakan sarjana Teknik Lingkungan memberikan masukan pada bupati, agar dalam menyambut para wisatawan dalam jumlah besar, infrastruktur seperti hotel harus sudah siap, lengkap dengan teknologi pengolahan limbah di dalamnya. Selain itu Catherine yang memberikan apresiasi atas program Toilet Bersih yang dicanangkan bupati. Namun Catherine memberikan  masukan, agar toilet bersih ini tak hanya sekedar diperhatikan kebersihannya, melainkan juga dicek kemana kotoran tersebut bermuara. “Kalau masih dibuang ke sungai, sama saja, Pak. Berarti mereka belum paham apa itu konsep menjaga kebersihan lingkungan. Karena itu mereka perlu pemahaman pentingnya septic tank ,” usul Catherine yang mendapat sambutan positif dari Bupati Anas. (Humas & Protokol)
Sumber: http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/friedrich-naumann-foundation-for-freedom-bikin-seminar-perubahan-iklim-di-banyuwangi.html

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar