Kecantikan Kawah Ijen dan Blue Fire di Banyuwangi

By SEMANGAT BANYUWANGI - Juni 11, 2015


detik Travel Banyuwangi - Belum lama, pihak detikTravel bekerjasama dengan PemKab Banyuwangi, menyelenggarakan acara "Explore Indonesia." Kawah Ijen menjadi salah satu objek wisata di Banyuwangi yang dikunjungi. Blue Firenya sangat luar biasa.

Kawah Ijen, salah satu objek wisata di Indonesia yang masuk dalam daftar "wishlist" saya. Akhirnya terwujud dengan adanya acara dari detikTravel Explore Indonesia: Tour Banyuwangi. Bekerja sama dengan Garuda Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Udara dingin yang menusuk tulang, dan samar-samar bau belerang sudah tercium sejak dari Pos Paltuding, yang merupakan pos awal pendakian ke Kawah Ijen. Jaket tebal, syal, kupluk, masker, senter, dan sepatu gunung, termasuk perlengkapan wajib yang harus disiapkan peserta pendakian.

Jam di tangan menunjukkan pukul 02.30 WIB dini hari, ketika kami 37 orang yang terdiri dari 21 peserta, 2 orang redaksi detikTravel, dan 2 orang pendamping dari Pemkab Banyuwangi, mulai melangkahkan kaki mendaki Gunung Ijen.

Jalan menanjak dengan kemiringan rata rata 25-30 derajat, membuat nafas seakan mau putus. Ada pikiran hendak berbalik badan dan membatalkan pendakian. Tapi bayangan akan keindahan Kawah Ijen di atas sana meneguhkan niat awal. Akhirnya saya tetap melanjutkan perjalanan.

Dari Pos Paltuding menuju Pos Bunder (pos penimbangan belerang), jarak kurang lebih 2 km. Hampir semua kondisi jalan menanjak. Sehingga jika berhenti untuk mengatur nafas, posisi berdiri pun seringkali pada posisi miring.

Setelah melewati Pos Bunder, barulah kondisi jalan agak mendingan karena lumayan landai. Dari Pos Bunder ke bibir kawah, jarak masih kurang lebih 1 km lagi. Salah seorang penduduk lokal yang juga hendak menuju kawah untuk mulai aktifitas mengambil belerang menyemangatiku.

"Ayo mbak, semangat! Sudah dekat. Ini bagus cuacanya, angin lagi nggak ke arah sini," kata dia.

Dari beliau pula saya mendapat informasi lain, bahwa kalau bulan-bulan seperti ini, suhu masih bagus. Berkisar di 10 derajat. Sementara di bulan Juli-Agustus, suhu bisa di bawah itu sampai 2 derajat. Tidak bisa dibayangkan betapa dinginnya.

Sampai di bibir kawah suasana masih gelap, kurang lebih pukul 04.30 WIB. Tapi di sepanjang pagar, batas kawah sudah ramai dengan pengunjung. Jauh di bawah sana, terlihat "Blue Fire," si api biru yang terkenal itu.

Untuk mendapatkan hasil foto yang jelas, kita harus menuruni kawah sejauh kurang lebih 800 m. Saya dan beberapa teman, Dhian, Benita, Adji, Okta (dari Team Detik) dan Mas Eddy, guide yang menemani kami, meneruskan perjalanan lebih naik lagi untuk mendapat pemandangan yang lebih indah.

Seiring dengan munculnya sinar matahari, pemandangan Kawah Ijen terbentang indah di depan mata kami. Foto narsis dengan latar belakang Kawah Ijen itu harus. Foto selfie dengan tongsis pun tak ketinggalan.

Wow, sangat indah! Sesaat rasa pegal, nafas yang berat, serta hawa dingin terlupakan. Tak henti-hentinya kami mengabadikan pemandangan yang tersaji di depan kami. Baik dengan kamera HP, pocket, sampai Kamera DSLR.

Oh ya, ada minor accident. Begitu sampai di atas, sol sepatuku lepas. Sempat rasa panik melanda. Bagaimana caranya turun dengan kondisi sepatu seperti ini, sementara medannya tanah berpasir begitu. Mana ada yang mendaki membawa lem.

Akhirnya Mas Eddy mengusulkan agar diikat saja pakai tali. Itu pun tidak ada. Yang ada hanya masker pembagian dari bawah tadi yang kebetulan bertali panjang. Jadilah masker berubah fungsi menjadi bebat buat sepatuku.

Setelah puas mengambil gambar, kami memutuskan untuk mulai berjalan turun. Ini pun bukan hal yang mudah. Kondisi lintasan yang berpasir membuat langkah seringkali slip dan tergelincir. Dhian, temanku, sampai jatuh dua kali. Benita yang turun lebih dulu malah bolak balik jatuh katanya.

Di perjalanan turun, kami sering dilewati oleh para penambang yang membawa pikulan berisi bongkahan belerang. Para penambang yang kembali ke atas dengan pikulan kosong mencoba menawarkan belerang yang sudah di olah menjadi bentuk binatang atau bunga.

Sebuah dihargai Rp 5.000. Harga yang tidak seberapa dibandingkan perjuangan mereka mengambil belerang dari dasar kawah. Saya dan Dhian membeli beberapa sebagai suvenir.

Last but not least, Kawah Ijen Banyuwangi thumbs up. I will come again with better preparation for the Blue Fire.


Sumber : http://travel.detik.com/read/2014/06/30/152000/2616412/1025/kecantikan-kawah-ijen-dan-blue-fire-di-banyuwangi





  • Share:

You Might Also Like

0 komentar