Bupati Pengubah Wajah Banyuwangi dengan Teknologi

By SEMANGAT BANYUWANGI - Juni 17, 2015



Jakarta - Abdullah Azwar Anas sangat percaya bahwa teknologi adalah gerbang kemajuan. Bupati Banyuwangi ini kemudian mencanangkan konsep digital society. Sebanyak 1.500 titik WiFi disebar di hampir seluruh penjuru Banyuwangi.

Tujuannya, agar masyarakat bisa mengakses informasi dan ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kualitas pelayanan terhadap warganya. Tidak sia-sia, konsep yang dijalankan sejak kepemimpinannya di 2010 ini menampakkan hasil.

Jika biasanya wilayah yang terletak di perbatasan antar pulau dicirikan tertinggal dan diabaikan, tidak demikian dengan wajah Banyuwangi kini. Bupati muda ini berhasil mengubah wajah Banyuwangi.

Smart Kampung

Alih-alih menyebut smart city, Anas, demikian sapaan akrabnya, lebih suka menyebutnya smart kampung. Konsep yang dirintisnya ini perlahan mendidik warga dan jajaran pemerintahannya melek TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Secara bersamaan, Anas juga menggiatkan konsep digital society.

“Bagi Banyuwangi, konsep digital society adalah kebutuhan. Dengan jarak yang jauh antar desa dan kecamatan, untuk meningkatkan pelayanan kendaraannya harus IT,” kata ayah dari satu orang putra ini.

Dia tak serta merta menerapkan konsep smart city di wilayah yang dipimpinnya. Dikatakannya, setiap daerah punya punya tantangan dan peluang berbeda. Konsep smart city yang diusung suatu kota, belum tentu cocok diterapkan di kota lain.


“Kegagalan suatu daerah adalah ketika dia mengkloning di daerah lain yang tidak sesuai dengan peluang dan basis yang ada di daerahnya,” Anas mengingatkan.

Itu juga salah satu alasannya lebih suka menyebut konsepnya sebagai smart kampung dan digital society. Dikatakannya, smart kampung dengan digital society adalah kombinasi yang bisa menggerakkan masyarakat melek IT.

“Konsep smart city mungkin cocok. Tapi saya fokus bagaimana smart city ini lebih fokus ke masyarakatnya. Makanya saya lebih suka menyebutnya digital society. Karena rakyat harus bisa menikmati dan terlibat. Mereka ikut belajar dan mendapatkan manfaatnya,” ujarnya.

Warga dan Pemkab Melek IT

Sejak mulai diterapkan pada awal kepemimpinannya, Anas mengaku perkembangan konsep yang digagasnya di luar ekspektasi. Dikatakannya, pemanfaatan IT oleh warga dan instansi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi cukup merata dan mereka mau terus belajar.

“Kami melihat bagaimana anak-anak menggunakan WiFi secara lebih terarah, jajaran Pemkab memanfaatkan IT untuk pelayanan publik. Misalnya di Kelurahan, bagaimana mereka bisa mengeluarkan surat keterangan kelakuan baik secara online. Memangkas birokrasi, tak perlu jauh-jauh datang. Jadi itu akan lebih efisien,” ujarnya.

Anas sempat kewalahan memenuhi permintaan pemasangan titik-titik WiFi di Banyuwangi. Namun demikian, dia patut gembira karena artinya antusiasme terhadap akses informasi melalui konektivitas WiFi begitu tinggi.


“Kami pasang titik-titik WiFi dan Telkom kan memantau ini. Banyak yang memasang WiFi hanya hiasan. Di daerah kami benar-benar dipakai. Yang menarik, tahun 2013 Banyuwangi juara 1 digital society dari pemakai titik WiFi satuan terbesar di Indonesia,” kata suami dari Ipuk Fiestiandani berbangga hati.

Berdasarkan data Telkom, saat ini sudah ada 1.500 titik WiFi di Banyuwangi, tersebar mulai dari jajaran pemerintahan, rumah sakit, puskesmas, taman umum, sampai mesjid dan gereja.

Pada triwulan pertama 2015, jumlah rata-rata pengakses WiFi Telkom per bulan di Banyuwangi meningkat 132% dibandingkan tahun lalu. Di 2014, rata-rata pengakses WiFi 290.682 per bulan. Triwulan pertama 2015, jumlahnya naik jadi 384.283.

Meski demikian, Anas tak memungkiri bahwa kemajuan di bidang IT akan disertai juga dengan berbagai tantangannya. Salah satunya adalah penyalahgunaan IT. Dengan jaringan yang begitu banyak di Banyuwangi, penyalahgunaan ini bisa menjadi masalah berat.

“Maka literasi IT itu sangat perlu. Bagaimana jalan mencari data. Pendidikan bagi warga terutama anak-anak mengakses internet sehat itu penting. Di satu sisi kita tidak bisa memblokir anak-anak menjadi tidak kenal internet. Maka pilihannya adalah mengenalkan internet yang sehat sejak awal,” sebutnya.

Bersiap Jadi Kampung Broadband

Sebagai sosok visioner, Anas melihat bahwa ke depannya, digital kreatif akan menjadi alternatif para generasi muda menghasilkan karya. Untuk mengantisipasi hal itu, Banyuwangi sedang bersiap menggelar fiber optik. Berdasarkan PP No.96 tahun 2014, Banyuwangi masuk dalam 5 Kabupaten di Indonesia yang menjadi percontohan broadband nasional.


Anas meyakini masa depan masyarakat ditentukan oleh teknologi informasi dan pengembangan broadband. Tak heran, Anas dan jajarannya serius menggarap TIK dalam program pembangunan daerahnya. TIK bahkan masuk dalam lima besar pembangunan infrastruktur yang penting setelah jembatan, jalan, pelabuhan dan bandara.

"Pertumbuhan 10% infrastruktur broadband, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,8 persen. Manfaatnya luas untuk meningkatkan kehidupan masyarakat," katanya.

Di bawah kepemimpinannya, terdapat lima prioritas pembangunan TIK dalam desain besar yang disebutnya smart kampung, yakni meliputi e-pemerintahan, e-kesehatan, e-pendidikan, e-logistik, dan e-pengadaan.

Sebagai pemenang Indonesia Digital Society Award 2014, Anas dan warganya membuktikan Banyuwangi bisa menerapkan TIK untuk menunjang pelayanan publik, baik untuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, administrasi kependudukan dan yang paling terkenal tentu saja kesuksesan mereka mempromosikan pariwisata.


Sumber:  http://inet.detik.com/read/2015/06/16/133257/2943706/398/1/bupati-pengubah-wajah-banyuwangi-dengan-teknologi

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar