Fragmen Geger Bumi Lodaya ramaikan Festival Barongan Banyuwangi

By SEMANGAT BANYUWANGI - Oktober 12, 2015


Merdeka.com - Ratusan barong dari berbagai daerah di Jawa Timur, unjuk kebolehan di Festival Barongan Nusantara, yang digelar Pemkab Banyuwangi, Minggu (11/10). Event ini ditutup dengan penampilan Reog Ponorogo yang menampilkan fragmen peperangan 'Geger Bumi Lodaya'.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, di hadapan ribuan warga yang memadati jalan protokol, membuka Pawai Barongan di halaman Kantor Pemkab Banyuwangi.

Selanjutnya, kemunculan representasi Singa Putih bernama Barong Rontek Singo Ulung dari Kabupaten Bondowoso mengawali pawai. Kemudian diikuti barong dari Banyuwangi, yaitu Barong Kumbo berukuran besar.

Di belakang Barong Kumbo, Barong Kucingan beratraksi, memeriahkan acara. Disusul Barong Bali dengan iringan alat musik pukul yang rancak, dan sejumlah Leak Bali.

Menyusul kemudian, Barong Osing bernama Barong Prejeng. Barong asli Banyuwangi ini muncul bersama sekawanan burung dan pitik-pitikan. Selanjutnya di bagian akhir pertunjukan, munculah Reog Ponorogo bersama Ganongan yang menampilkan fragmen Geger Bumi Lodaya.



Bupati Anas menceritakan, dalam mitologi Banyuwangi, barong digambarkan sebagai raksasa berkepala besar dengan mata melotot dan taring panjang hingga ke luar mulut.

Penampakan barong raksasa ini, diyakini masyarakat Osing, suku asli Banyuwangi, sebagai penolak bala. Selain itu, barong yang tumbuh dan berkembang sejak dulu kala ini, juga dimaknai sebagai simbol kebersamaan. Sehingga, di tiap ritual yang digelar, selalu menampilkan sosok sang raksasa barong tersebut.

"Kami akan terus berikhtiar memberikan ruang bagi seniman dan budayawan Banyuwangi untuk beraktualisasi. Seperti di Festival Barongan Nusantara yang digelar Pemkab Banyuwangi kali ini," kata Anas.



Dia mengaku, di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini, memiliki banyak barong. "Dan lewat festival ini kami ingin memunculkan history tentang barong, yang selalu mengingatkan kita akan jati diri bangsa."

Apalagi, masih kata Anas, kesenian yang telah lama muncul di masyarakat ini, merupakan manifestasi kebaikan dan pelindung masyarakat, yang dulu juga menjadi sarana dakwah dan perjuangan. "Semoga event ini menjadikan Barong Banyuwangi terus berkembang dan tetap lestari," pungkas Anas.

Festival Barong Nusantara ini sendiri, merupakan festival yang kali pertama diikuti sekitar 500 penampilan barong dari berbagai daerah di luar Banyuwangi. Sebelum ratusan barong ini tampil, acara diawali dengan ruwatan Barong Dandang Wringi.

Prosesi ruwatan itu, sebuah barong ditutupi kain putih, ditandu oleh empat orang. Barong tersebut kemudian dimandikan, disandingi peras (uba rampe yang digunakan untuk hajatan besar), diasapi dan dibacakan mantra. Di belakangnya, terdapat barisan 40 gandrung beserta 20 lelaki pembawa umbul-umbul mengiringi Barong Dandang Wiring yang diruwat.



Sekadar diketahui, pada bulan Agustus lalu, kesenian Barong Banyuwangi sempat menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015 dan Museum Surferfest di Frankfurt, Jerman. Barong Banyuwangi tampil selama tiga hari berturut-turut bersama dengan penampilan beberapa musisi kenamaan Tanah Air, seperti Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, Dwiki Dharmawan, dan J-Flow.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar