Puter Kayun, Tradisi Kusir Dokar Banyuwangi Rayakan Lebaran

By SEMANGAT BANYUWANGI - September 14, 2012


Banyuwangi-Detik surabaya - Hari ke-10 Hari Raya Idul Fitri, para kusir dokar atau andong di Banyuwangi menggelar tradisi Puter Kayun. Istilah Puter Kayun diambil dari bahasa Osing, yakni bahasa asli suku Banyuwangi.

Puter berarti keliling, dan Kayun berarti suka cita atau gembira. Namun tidak semua kusir dokar di Banyuwangi yang mengggelar tradisi kuno ini. Hanya para kusir dokar di Kelurahan Boyolangu Kecamatan Giri saja.

Warga di Kelurahan Boyolangu banyak yang memiliki usaha jasa angkutan Dokar. Puter Kayun digelar sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas rejeki selama Ramadan hingga Idul Fitri.

Puter Kayun divisualisasikan dengan bertamasya keliling naik dokar. Mulai dari Boyolangu hingga ke pantai Watu Dodol, Kecamatan Kalipuro. Jaraknya sekitar 15 Km.

Rute tersebut tak lepas dari sejarah Puter Kayun sendiri (ada sejumlah versi). Konon, dimasa penjajahan Belanda, daratan Watu Dodol akan dijadikan jalan raya oleh Belanda. Ditepi pantai berdiri batu berukuran raksasa.

Segala upaya dilakukan Belanda untuk menghancurkan batu tersebut. Termasuk memberlakukan kerja rodi bagi warga pribumi yang pada akhirnya banyak yang mati. Hingga akhirnya Bupati pertama Banyuwangi (1773-1781), Raden Mas Alit, membuat sayembara.

"Sayembara itu didengar oleh Buyut Jokso, seorang sakti asal Boyolangu," kisah Rugito, sesepuh Boyolangu, yang juga kusir dokar, ditemui sejumlah wartawan, Selasa (28/8/2012).

Buyut Jokso konon langsung menuju ke pantai Watu Dodol, dan melakukan ritual. Yakni mengajak komunikasi Jin penunggu batu raksasa. Alhasil, Buyut Jokso berhasil memecah batu tersebut setelah memenuhi 3 syarat yang diminta Jin.

Syarat itu diantaranya, batu boleh dipecah asal tidak melewati batas-batas yang ditentukan. Kedua menyisakan batu untuk dijadikan tempat tinggal raja Jin. Ketiga, keturunan Buyut Jokso sesekali diminta mengunjungi Watu Dodol.

"Sebab itu tradisi Puter Kayun dilakukan dengan mengunjungi Watu Dodol," tambah Rugito.

Namun kisah tersebut hanya menjadi legenda bagi warga Boyolangu. Terlepas dari itu semua, Puter Kayun sejak lama masuk dalam kalender wisata tahunan Banyuwangi.

"Tradisi ini aset budaya, harus dilestarikan," kata Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widiatmoko, ditemui terpisah usai melepas rombongan dokar Puter Kayun.

Di Watu Dodol sendiri, kini masih berdiri batu besar yang membelah jalan raya yang menghubungkan Banyuwangi-Situbondo. Pemandangan pantainya pun menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjunginya.

SUMBER: http://surabaya.detik.com/read/2012/08/28/175511/2001383/475/puter-kayun-tradisi-kusir-dokar-banyuwangi-rayakan-lebaran

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar